Bayar denda tilang motor SETELAH SATU TAHUN? Ga salah, bang?!
Iya, kamu ga salah membacanya! Hahaha…
Baca dulu aja deh, ya!
***
Saya memang paling malas berurusan dengan pihak pemerintah, entah itu saat masih bertempat tinggal di Jakarta, atau saat tinggal di Bali sekarang ini. Entahlah, bayangannya urusan pasti jadi tambah ribet ga kelar-kelar.
Begitupun saat akan bikin SIM baru di Bali, nyali saya ciut duluan membayangkan kerumitan yang bakal saya hadapi waktu itu. Walau akhirnya saya mengakui saat mengurus SIM Baru di Poltabes Denpasar saat itu berjalan sangat lancar, hanya 1 jam lebih 5 menit saja.
Nah, kalau di film-film ada cerita spin-off, cerita saya tentang bikin SIM baru kemarin itu ada kaitannya dengan postingan “bayar denda tilang” kali ini.
Motoran ke Lombok, awal mula kena tilang
Awal mula ceritanya terjadi bulan Mei 2018, saat saya, Fahmi (@catperku), dan Jeje, berencana motoran ke Lombok melalui pelabuhan penyeberangan Padang Bai. Ini kali pertama saya bawa motor ke luar Bali.
Waktu itu sudah tengah malam, Fahmi & Jeje pun baru tiba di Padang Bai sehabis motoran dari Blitar, Jawa Timur, rencananya memang kami akan menyeberang menggunakan jadwal ferry tengah malam.
Saat akan masuk ke pelabuhan, dua orang petugas dari kepolisian melakukan cek surat-surat (SIM/STNK) untuk setiap kendaraan yang masuk. Hingga tiba giliran kami, dan saya terakhir.
Saya menyerahkan STNK, dan…
“SIM saya mana??”, mulai uring-uringan.
Saya mulai kasak-kusuk membongkar dompet lusuh saya yang penuh sarang laba-laba. Cek satu per satu kertas dan kartu nama yang membuat dompet tebal siapa tahu terselip.
Saya hanya menemukan SIM saya yang sudah lusuh dan MATI (expired 2013) hahaha…
“Ditilang aja ya mas”, kata Pak Polisi yang memeriksa saya.
Saya langsung terbayang gimana bakal repotnya menghadiri sidang tilang (karena belum pernah). Apalagi setelah selesai dari Lombok, saya dan kedua teman saya, langsung lanjut ke Menjangan untuk urusan pekerjaan. Sehingga jadwal sidang bentrok.
Saya kemudian berusaha membujuk si Pak Polisi agar bisa “bayar di tempat”. (please jangan ditiru!)
“Jangan, Mas! Dari pada nanti kena tilang di Lombok? Pilih mana?”, kata Pak Polisi menasehati.
“Benar juga”, pikir saya lagi.
“Ini saya kasih slip biru, nanti mas tinggal bayar ke ATM BRI Rp 250.000,- (denda maksimal—katanya). Kalau sidang di bawah nominal itu, uang akan dikembalikan”, katanya lagi sambil menuliskan nomor seorang rekannya pada surat tilang.
Saya hanya mengangguk-angguk saja dan beranggapan si Pak Polisi ini begitu baik menilang saya dan memberi solusi logis.
BTW, saya baru sadar kemudian hari, bahwasanya ini salah satu “modus” si Pak Polisi. Kenapa bukan nomor saya yang ditulis di surat tilang? Jadi, pihak bank bisa menghubungi saya bila ada kelebihan pembayaran?
Bukan mau menuduh, tapi salah seorang teman saya (di Jakarta), ternyata mengalami hal yang sama. CMIIW, ya!
***
Entah karena sibuk banget, atau memang malas, waktu pun berlalu hari-demi-hari, minggu, hingga berbulan-bulan, bahkan tahun, STNK saya masih teronggok di lemari penyimpanan Kejaksaan Tinggi Karangasem. IYA, karena saya kena tilang di Padang Bai yang masuk daerah Karangasem.
SIM saja baru dibikin bulan November 2018, alias 6 bulan sejak kejadian tilang tersebut. Apalagi ternyata surat tilang ini cukup menjadi jaminan (walau tak saya sarankan ya).
Selama satu tahun motoran di Bali, saya hanya menyimpan surat tilang slip biru di dompet saya. Kena razia 2x dan selalu lolos. Hanya diingatkan agar segera menebus STNK-nya
Trip Random ke Karangasem
Bukan saya tak peduli atau bodo-amatan, apalagi STNK saya sudah cukup lama ditahan, saya khawatir malah hilang dan justru keluar biaya yang lebih besar lagi. Satu waktu saya pernah ke Karangasem, ujug-ujug saja langsung pergi begitu. Tapi sesampainya di KAJATI Karangasem, kantornya TUTUP.
Ternyata, karena kalender saya merah semua, saya ga ngeh datang saat tanggal merah ‘Idul Adha’. Perjalanan 4 jam PP pun sia-sia.
Hahaha… Mari tertawa bareng saya!
Adalah Kak @atre7, seorang kolega blogger saya dari Jakarta yang sedang berlibur di Bali. Saat itu kami pergi mengunjungi Desa Pinggan di Kintamani. Selesai dari sana kami tak tahu harus melanjutkan trip kemana hingga akhirnya diputuskan untuk langsung meluncur ke daerah Tulamben.
Saya langsung kepikiran dengan STNK saya? Enggak!
Saya baru sadar saat sudah berada di daerah Karangasem dalam perjalanan pulang ke Seminyak. Saya pun meminta izin agar boleh mampir ke Kejaksaan Tinggi Karangasem untuk sekedar menanyakan STNK saya, apakah masih ada atau enggak.
Satu tahun satu bulan, Juni 2019 kemarin, akhirnya saya mendapatkan STNK saya kembali.
HAHAHA…
Bayar denda tilang motor lewat ATM
Rasa khawatir menghampiri saya begitu menginjakkan kaki di halaman Kejaksaan Tinggi kala itu. Ini karena saya hanya mengenakan kaos oblong, celana kargo pendek, dan sandal gunung model jepit. Saya paham mengenai aturan pakaian di wilayah Kejaksaan ini, harus rapi dengan celana panjang menutup kaki, karena sebelumnya pernah diusir keluar ruangan saat di Kejaksaan Tinggi Gianyar, Bali.
Saya sempat mengatakan kepada petugas untuk menunggu di luar saja karena berpakaian tidak sopan. Namun, untungnya saya diizinkan masuk menghadap seorang ibu petugas.
Setelah melihat surat tilang slip biru saya yang sudah mulai buram dan usang, STNK saya ternyata masih ada disalah satu tumpukan STNK-STNK lain di kantong plastik berwarna merah.
Ibu petugas ini kemudian menuliskan barisan kode pembayaran dan menyuruh saya untuk melakukan transfer sebesar IDR 75.000,- (berbeda dengan angka yang diberi Pak Polisi saat di Padang Bai sebesar IDR 250.000,-)
Tak butuh waktu lama setelah melakukan transfer pembayaran denda tilang motor ini, saya akhirnya mendapatkan STNK saya kembali.
Horaaaayy…!
***
Cara bayar denda tilang lewat ATM
- Saya bayar denda tilang lewat ATM Mandiri.
- Cukup melakukan transfer antar bank online (kode bank BRI + kode pembayaran)
- Nama anda dan jumlah yang harus dibayar akan muncul di layar.
- Bayar dan selesai.
Bila kamu sesama bank BRI, cukup cari lewat pembayaran lain-lain.
***
Satu masalah sudah selesai, kemudian muncul masalah baru, karena kelamaan, PAJAK MOTOR EXPIRED! Huft!